iTs mE a_Ry...

Minggu, 15 Maret 2009

Ibu Negara Ani SBY di Yayasan Santi Rama di Cipete, Jakarta: Ringankan Beban Penyandang Cacat Laporan: Rahmawati

Anak-anak, siapa pun mereka, punya hak lahir batin untuk menyongsong dan menikmati hari depannya dengan penuh gairah. Termasuk anak-anak yang saat ini sedang belajar di Yayasan Santi Rama di Cipete, Jakarta Selatan. Yayasan ini melakukan usaha rehabilitasi dan habilitasi bagi para penderita tuna rungu untuk menyongsong kehidupan lahir dan batin yang layak di masa mendatang.

“Walaupun memiliki kekurangan, jangan pernah menyesal dengan kekurangan yang dimiliki. Terus berusaha dan gapai cita-cita setinggi langit,” ujar Ibu Negara Ani Yudhoyono saat mengunjungi anak-anak penderita tuna rungu di Yayasan Santi Rama, Cipete, Jakarta Selatan bersama rombongan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) akhir Januari 2007 lalu. Saat tiba di YSR, Ibu Negara dan rombongan disambut oleh Mendiknas Bambang Sudibyo dan Pembina YSR Prof DR H Hendarto Hendarmin.
“Sebagai Ibu Negara, saya ingin selalu mendorong pemerintah untuk terus memperhatikan dan membantu meringankan beban para penyandang cacat. Kita semua tahu bahwa pemerintah saat ini sudah bekerja keras untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat termasuk kesejahteraan masyarakat penyandang cacat," ujar Ibu Negara di hadapan lebih kurang 200 undangan dan anak-anak SDLB dan SLTPLB Yayasan Santi Ibu Ani mencium salah seorang anak di Yayasan Santi Rama, Cipete, Rabu (24/1)
Dengan kekurangan yang dimiliki, anak-anak penyandang tuna rungu harus tetap bersemangat dalam menghadapi kehidupan dan terus berusaha mengapai cita-cita setinggi langit. "Jangan mudah berputus asa, mari kita jalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Yakinlah bahwa disekitar kalian masih banyak orang yang mencintai kalian," imbaunya.
Menurut Ibu Ani, mulai tahun 2006 lalu, pemerintah melalui Departemen Sosial
telah memberikan bantuan sebesar Rp 300 ribu per bulan kepada 3000 orang penyandang cacat. "Ini tentu saja belum ada artinya," tambah Ibu Negara. "Oleh
karena itu pada tahun 2007, pemerintah telah meningkatkan anggarannya. Bantuan
untuk 3000 orang ditingkatkan menjadi 6000 orang," lanjutnya.
"Saya bisa merasakan kesulitan yang dihadapi oleh yayasan ini. Mendidik anak
yang mempunyai kekhususan membutuhkan waktu, kesabaran, ketekunan dan energy
lebih. Tetapi saya yakin, dalam yayasan ini terpancar para pengurus dan guru
yang telah sudi mengabdikan dirinya bagi kemandirian dan kesejahteraan para
penyandang cacat. Semoga Allah SWT dapat membalas budi baik bapak dan ibu
sekalian," paparnya.
Mendiknas Bambang Sudibyo mengatakan bahwa Departemen Pendidikan Nasional memiliki dua pelayanan pendidikan yang khusus. "Pertama, pendidikan khusus yang diperuntukkan kepada anak-anak yang fisiknya memiliki kekurangan dan sulit mendapatkan pendidikan seperti tunarungu, tunasusila, tunawisma dan lain-lain. Kedua, pendidikan pelayanan khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang kesulitan mendapatkan fasilitas, pendidikan regular, seperti, misalnya anak-anak yang berada di daerah bencana, daerah terpencil," katanya.
Untuk itu Mendiknas mengharapkan keterlibatan masyarakat dapat memberikan dorongan kepada lembaga pendidikan luar biasa yang lain, dan pendekatan
komunikasi total efektif antara tunarungu dan masyarakat luas dengan bahasa
isyarat secara terpadu, dan membaca gerak bibir sangat diperlukan bagi mereka
yang memiliki kekurangan ini," ujarnya.
Sementara itu, Hendarto Hendarmin dalam sambutannya mengatakan, visi dari YSR ini untuk mewujudkan pemberdayaan tunarungu seoptimal mungkin, sehingga berkembang menjadi manusia seutuhnya dan berguna bagi diri sendiri, masyarakat
dan bangsa. "Sedangkan misinya, berupaya memberikan pendidikan kultur kepada
penyandang tunarungu mulai usia pra sekolah sampai sekolah menengah, juga
membimbing orangtua siswa agar mendapatkan pengetahuan dan memiliki sikap yang
tepat dan efektif dalam menangani anak-anak yang memiliki gangguan tunarungu,"
ujar Hendarto.
Dalam kunjungan ke YSR, Ibu negara dan rombongan juga menyaksikan peragaan sistem isyarat bahasa Indonesia, melalui persembahan lagu Kasih Ibu yang dibawakan oleh siswa-siswi Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Adapula tari-tarian yang dipersembahkan siswa siswi SDLB dan SLTP LB berupa tari boneka dan tari saman. Kedua tarian ini diajarkan kepada mereka yang memiliki kekurangan pendengaran untuk membedakan antara bunyi cepat dan bunyi lambat.
Setelah itu Ibu Negara juga mengelilingi gedung YSR, melihat kegiatan Pramuka, permainan Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, serta pameran alat bantu pendengar dan melihat kegiatan belajar mengajar di kelas latihan II, berupa aktifitas pengembangan dasar-dasar kemampuan berbahasa, komunikasi dan kognitif, melalui permainan alat permainan edukatif. RW

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda